FOTO LLD/RLD
Foto Thorax Posisi LLD
Kriteria Gambar
Foto RLD/LLD :
Hasil
gambar posisi LLD
FOTO THORAX DORSAL
DECUBITUS
Foto Thorax Posisi
Dorsal Decubitus
KRITERIA FOTO THORAX
POSISI DORSAL DECUBITUS :
Hasil
gambaran Thorax posisi Dorsal Decubitus
|
Teknik Radiografi Untuk Memperlihatkan Cairan dalam Rongga Thorax yang Sedikit
Posted by
Unknown
|
Read User's Comments(0)
Teknik Radiografi TMJ
Posted by
Unknown
|
TEKNIK RADIOGRAFI TMJ
PROYEKSI SEMI AXIAL TRANSCRANIAL
PROSEDUR PEMERIKSAAN
PROSEDUR PEMERIKSAAN
- Pasien diposisikan supine atau duduk tegak, dengan MSP tubuh tepat pada mid line meja pemeriksaan . Bahu bertumpu sejajar pada bidang transversal dan lengan diletakan disamping tubuh dalamposisi yang nyaman.
- Kepala diposisikan Lateral, dengan menempatkan :
- MSP kepala sejajar pada bidang film.
- Interpupillary Line (IPL) tegak lurus bidang film.
- Pastikan tidak terjadi perputaran pada objek kepala.
- Atur CR dengan penyudutan 25 – 30 derajat caudally menuju titik tengah dari TMJ.
- Atur Central Point pada daerah 2,5 cm anterior dan 5 cm superior MAE yang jauh dari film.
- TMJ yang diperiksa terlihat di anterior dari MAE dipertengahan film
- Condilus mandibula terlihat berada pada fosa mandibula.
- TMJ yang tidak diperiksa terproyeksi di bagian anterior dan superior TMJ yang diperiksa.
- Tampak batas luas lapangan penyinaran sesuai dengan objek yang difoto
- Tampak Marker R/L di tepi objek yang difoto
Teknik Pemeriksaan Coloon In Loop
Posted by
Unknown
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Ilmu pengetahuan di bidang kedokteran semakin berkembang
yaitu dengan ditemukannya alat dan metode yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa terhadap penderita dilakukan berbagai cara antara lain:
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan secara radiologis.
Pemeriksaan secara radiologi mampu memberikan informasi
secara radiografi yang optimal baik keadaan anatomis maupun fisiologis dari
suatu organ di dalam tubuh yang tidak dapat di raba dan di lihat oleh mata
secara langsung serta mampu memberikan informasi mengenai kelainan-kelainan
yang mungkin dijumpai pada organ-organ yang akan diperiksa.
Pada saat ini hampir semua organ dan sistem di dalam
tubuh kita dapat diperiksa secara radiologis, bahkan setelah ditemukan kontras
media yang berguna memperlihatkan jaringan organ yang mempunyai nomor atom yang
lebih kecil sehingga kelainan pada organ tersebut dapat didiagnosa. Pemeriksaan
radiologi secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu pemeriksaan radiologi
tanpa kontras dan pemeriksaan radiologi yang menggunakan bahan kontras. Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyajikan salah satu
pemeriksaan yang menggunakan bahan kontras yaitu pemeriksaan colon inloop.
Pemeriksaan colon inloop adalah pemeriksaan secara radiologi yang
menggunakan bahan kontras positif yaitu Barium Sulfat dan bahan kontras negatif
yaitu udara dengan tujuan untuk mengvisualisasikan keadaan colon atau usus
besar yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui anus.
Adapun teknik-teknik yang rutin dilakukan pada
pemeriksaan colon inloop yaitu dengan menggunakan proyeksi antero-posterior,
postero-anterior, lateral, obliq kanan dan kiri. Dengan latar belakang di atas,
penulis tertarik untuk menyusun sebuah makalah yang berjul “TEKNIK PEMERIKSAAN COLON INLOOP DENGAN KASUS HEMOROID INTERNA”.
B.
MASALAH
Bagaimana tatalaksana pemeriksaan radiologi Colon Inloop pada kasus hemoroid
interna di Unit Radiologi Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar.
C.
TUJUAN
Untuk mengetahui penatalaksanaan
pemeriksaan radiologi Colon Inloop pada kasus hemoroid interna di Unit
Radiologi Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar
D.
MANFAAT
Untuk menambah pengetahuan tentang teknik radiografi yang menggunakan bahan
kontras khususnya dalam pemeriksaan Colon Inloop.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DASAR TEORI
1. Anatomi
dan Fisiologi
Usus besar atau colon yang kira-kira 1 ½ m panjangnya
adalah sambungan dari usus halus dan mulai dikutub iliokolik atau iliosekal
yaitu tempat sisa makanan lewat. Refleka gastrokolik terjadi ketika makanan
masuk ke lambung dan menimbulkan peristaltik di dalam usus besar. Reflek ini
menyebabkan defekasi atau pembuangan air besar. Colon mulai sebagai kantong
yang pekat dan padanya terdapat appendiks vermiformis atau umbai cacing,
appendix terdiri dari empat lapisan dinding yang sama seperti usus lainnya,
hanya lapisan submukosa berisi sejumlah besar jaringan limfe yang dianggap
mempunyai fungsi serupa dengan tonsil, sebagian terletak dibawa caecum dan
sebagian dibelakang caecum. Dalam apendektomi, caecum terletak di daerah iliaca kanan
dan menempel pada otot iliopsoas. Dari sisi colon naik melalui daerah sebelah
kanan lumbal dan disebut fleksura hepatica lalu berjalan melalui tepi daerah
epigastrik dan umbilikalis sebagai colon transversum. Dibawah limpa ia membelok
sebagai fleksura sisnistra atau fleksura lienalis dan kemudian berjalan melalui
daerah kanan lumbal sebagai colon desendens. Didaerah kanan iliaca terdapat
belokan yang disebut fleksura sigmoid dan dibentuk colon sigmoid atau colon
pelvis kemudian masuk pelvis besar, dimulai dari colon sigmoideus dan terakhir
pada saluran anus yang di jaga oleh internal dan eksternal.
Colon terdiri dari atas empat lapisan dinding yang sama
sepetri usus halus. Serabut longitudinal pada lapisan berotot tersususn dalam
tiga jalur yang memberi rupa berkerut-kerut dan berlubang-lubang. Dinding
mukosa lebih halus dari yang ada pada usus halus dan tidak memiliki villi.
Colon tidak ikut serta dalam pencernaan atau absorbsi makanan bila usus halus
mencapai caecum maka semua zat makanan telah diabsorbsi dan isinya cair. Selama
perjalanan di dalam colon isisnya menjadi makin padat karena diabsorbsi dan
rectum dicapai maka feses bersifat lunak. Peristaltik dalam colon sangat
lamban, diperlukan waktu kira-kira 20 jam bagi isinya untuk mencapai flexura
sigmoid. Fungsi colon sebagai absorbsi air, garam dan glukosa, sekresi musin
oleh kelenjar dalam lapisan dalam. Penyiapan selulosa yang berupa hidrat
karbon.
2.
Patologi
1.
Tumor
Tumor
adalah massa jaringan yang abnormal, tumbuh ganda dan tidak terkoordinasi dan
keberadaannya merupakan beban dan penyakit yang mengkhawatirkan bagi tubuh.
2.
Hemoroid
interna
Hemoroid interna adalah iritasi atau infeksi jaringan
disekitar rectum, yang disebabkan oleh pembesaran pembuluh darah atau pembengkakkan jaringan.
3.
Ileus
Ileus
adalah obstruksi usus, dapat terjadi secara mekanis atau fungsional (paralitis)
yang menimbulkan mulas yang hebat dan muntah-muntah tanpa disertai rasa nyeri.
4.
Colitis
Colitis
adalah suatu penyakit peradangan pada rectum dan colon yang terutama mengenai
lapisan mukosa colon dan menyebar secara kontinyu keseluruh daerah yang terkena.
5.
Divertikel
Divertikel
adalah kantung-kantung yang menonjol pada dinding colon, terdiri atas lapisan mukosa dan muskularis mukosa.
B.
ALAT DAN BAHAN
1.
Pesawat sinar –x
-
Merk : Hitachi
-
Mode : P-C-125 A B
-
Buatan : Jepang
-
Kapasitas : 50-500 mA
-
Tegangan Pesawat : 30-125 kv
2.
Tabung sinar-x
-
Merk
: Hitachi
-
Type : 2u-L3
TF
3.
Kaset : 24 x 30 cm dan 30 x 40 cm
4.
Film :
-
Jenis : Blue sensitive
-
Ukuran : 24 x 30 cm dan 30 x 40 cm
5.
Intensifiying screen : Blue emiting
6.
Barium Sulfat (BaSO4)
7.
Air
8.
Bucky
9.
Irrigator + colon bag
10.
Standar infus
11.
Spoit 3 ml
12.
Jelly
13.
Blender
14.
Anti peristaltik : Buskopan
15.
Klem
16.
Marker L dan R
17.
Baju ganti pasien
18.
Handscun
19.
Plester
20.
Sendok
C.
DATA PASIEN
Hari/Tgl : Jum’at,
12 September 2008
Nama : Musliana
Umur : 39 tahun
Klinis : Hemoroid Interna Grade III
Status : Askes/IIA/LT IV
No. Foto : 3016
Dokter yang baca : Dr.
Nasrah Aziz, Sp. Rad
D.
PERSIAPAN PASIEN
Dua hari sebelum dilakukan pemeriksaan colon inloop,
pasien diberitahu untuk melakukan persiapan yang nantinya akan membantu
kelancaran pelaksanaan pemeriksaan.
Hari Pertama:
§ Pagi : Makan
bubur kecap + telur rebus 2 biji + minum air banyak.
§ Siang : Makan
bubur kecap + telur rebus 1 biji + minum air banyak.
§ Malam : Makan
bubur kecap + telur rebus 1 biji + minum air banyak.
Pukul 24.00 WITA masukkan dulcolax melalui lubang dubur 1 biji.
Hari Kedua:
§ Pagi : Makan
bubur kecap + telur rebus 1 biji + minum air banyak.
§ Siang : - Makan bubur kecap + telur rebus 1 biji +
minum air banyak.
-
Pukul 20.00 WITA minum 1 botol fleet phosphosoda dibagi
dalam 3 dosis. (15 ml fleet phosphosoda + 1 gelas air 240 ml).
-
3 gelas ini diminum habis dalam waktu 20 menit.
-
Selanjutnya pasien puasa sampai selesai di foto.
-
Pukul 05.00 WITA masukkan dulcolax melalui lubang dubur 1
biji.
-
Pukul 06.00 WITA pasien di klisma tinggi ( untuk pasien
di opname).
-
Pukul 07.00 WITA pasien datang ke bagian
radiologi untuk di foto ( dalam keadaan puasa).
E.
TEKNIK PEMBERIAN
BAHAN KONTRAS
1.
Pasien ditempatkan di atas meja pemeriksaan.
2.
Bahan kontras Barium Sulfat (BaSO4) dicampur
dengan air di dalam blender kemudian di aduk.
3.
Sebelum bahan kontras dimasukkan terlebih dahulu pasien
diinjeksi dengan obat anti peristaltik yaitu buskopan.
4.
Untuk memasukkan bahan kontras pasien diinstruksikan
untuk berbaring miring ke kiri.
5.
Selang irrigator diklem, kemudian campuran Barium Sulfat dan
air dimasukkan ke dalam irrigator.
6.
Ujung kateter diolesi dengan jelly kemudian dimasukkan ke
dalam rectum kira-kira 5 cm.
7.
Irrigator dipasang pada standar infus dengan ketinggian
kira-kira 75 cm dari permukaan meja pemeriksaan kemudian Barium Sulfat
dimasukkan dengan membuka klem.
8.
Setelah kontras Barium Sulfat masuk ke dalam colon
kemudian pasien dikocok-kocok perutnya agar kontras merata ke seluruh colon.
9.
Pasien di ubah posisinya menjadi terlentang dan kateter
dikuatkan letaknya.
10. Selanjutnya
dilakukan pemotretan.
F.
TEKNIK PEMERIKSAAN
COLON INLOOP
Proyeksi-proyeksi yang dipergunakan pada pemeriksaan
colon inloop di Rumah Sakit Ibnu Sina yaitu:
a.
Plain Foto
Tujuan:
1.
Untuk melihat persiapan pasien.
2.
Untuk melihat rongga
abdomen
secara keseluruhan.
3.
Untuk menentukan
faktor eksposi selanjutnya.
4.
Untuk melihat kontur ginjal ( batas ginjal ).
5.
Untuk melihat organ-organ apakah ada pembesaran hepar,
ginjal dan lain-lain.
6.
Kecurigaan perforasi, obstruksi usus dan klasifikasi
patologis.
Proyeksi : AP Supine
Posisi pasien : Pasien supine di atas meja pemeriksaan,
Posisi objek : Pusatkan
MSP tubuh di tengah-tengah meja pemeriksaan, kedua bahu diatur sama tinggi di
atas meja pemeriksaan, dan kedua lengan di letakkan di sisi tubuh. Letakkan
kaset dengan memakai bucky. Obyek yang akan di foto berada pada pertengahan
meja pemeriksaan sejajar dengan kaset.
CR : Vertikal dengan film
CP : Pada umbilicus
FFD: 90 cm
Factor
Eksposi :
KV : 70
mA : 200
s : 0,25
Film : 30 x 40 cm
Kaset : 30 x 40 cm
b.
Foto II
Tujuan : Untuk melihat bagian lateral dari rectum dan colon
sigmoid.
Proyeksi : Lateral kiri
Posisi pasien : Pasien miring di atas
meja pemeriksaan,
Posisi objek : Bahan kontras Barium Sulfat dimasukkan ± 100
cc, kemudian perut pasien dikocok-kocok agar bahan kontras melumuri dinding
colon. Setelah itu, pasien miring dengan sisi kiri menempel pada meja pemeriksaan. Tangan
kiri diletakkan di bawah kepala dan tangan kanan di atas kepala. Letakkan kaset
dengan memakai bucky. Obyek yang akan di foto berada pada pertengahan meja pemeriksaan
sejajar dengan kaset.
CR :
vertikal dengan film
CP :
pada pertengahan
os sacrum
FFD : 90 cm
Faktor
Eksposi:
KV : 70
mA : 200
s : 0,25
Film : 24 x 30 cm
Kaset : 24 x 30 cm
c.
Foto III
Tujuan : Untuk
melihat bahan
kontras sudah sampai ke rectum dan sigmoid.
Proyeksi : AP Supine
Posisi pasien : Pasien supine di atas
meja pemeriksaan,
Posisi objek : Pusatkan
MSP tubuh di tengah-tengah meja pemeriksaan, kedua bahu diatur sama tinggi di
atas meja pemeriksaan, dan kedua lengan di letakkan di sisi tubuh. Letakkan
kaset dengan memakai bucky. Obyek yang akan di foto berada pada pertengahan
meja pemeriksaan sejajar dengan kaset.
CR : vertical dengan film
CP : pada pertengahan os sacrum
FFD: 90 cm
Faktor
Eksposi:
KV : 70
mA : 200
s : 0,25
Film : 24 x 30 cm
Kaset : 24 x 30 cm
d.
Foto IV
Tujuan : Untuk melihat bahan kontras sudah sampai ke colon desendens→flexura
lienalis→colon transversum→flexura hepatica→colon ascendens→caecum
Proyeksi : AP Supine
Posisi pasien : Pasien supine di atas
meja pemeriksaan,
Posisi objek : Bahan kontras Barium Sulfat dimasukkan ± 500
cc, kemudian perut pasien dikocok-kocok agar bahan kontras melumuri dinding
colon.Pusatkan MSP tubuh di tengah-tengah meja pemeriksaan, kedua bahu diatur
sama tinggi di atas meja pemeriksaan, dan kedua lengan di letakkan di sisi
tubuh. Letakkan kaset dengan memakai bucky. Obyek yang akan di foto berada pada
pertengahan meja pemeriksaan sejajar dengan kaset.
CR :
Vertikal dengan film
CP :
Pada umbilicus
FFD : 90 cm
Faktor
Eksposi:
KV : 70
mA : 200
s : 0,25
Film : 30 x 40 cm
Kaset : 30 x 40 cm
Foto V
Tujuan : Untuk mempertegas
kelainan-kelainan yang ada di dalam colon dan mempertegas organ dengan organ
disekitarnya.
Proyeksi : AP Supine
Posisi pasien : Pasien supine di atas
meja pemeriksaan,
Posisi objek : Pusatkan
MSP tubuh di tengah-tengah meja pemeriksaan, kedua bahu diatur sama tinggi di
atas meja pemeriksaan, dan kedua lengan di letakkan di sisi tubuh. Letakkan
kaset dengan memakai bucky. Obyek yang akan di foto berada pada pertengahan
meja pemeriksaan sejajar dengan kaset. Kemudian dimasukkan bahan kontras
negatif ( udara ) melalui dubur. Bahan kontras negatif dimasukkan sampai pasien
merasakan ingin kentut. Setelah itu dilakukan ekspose.
CR :
vertikal dengan film
CP :
Pada umbilicus
FFD : 90 cm
Faktor
Eksposi:
KV : 70
mA : 200
s : 0,25
Film : 30 x 40 cm
Kaset : 30 x 40 cm
G. HASIL PEMERIKSAAN
Adapun hasil baca foto yang dilakukan oleh dokter ahli Radiologi untuk
pemeriksaan colon inloop pada kasus hemroid interna yaitu:
BNO:
§ Distribusi
bayangan udara dalam usus sampai ke distal.
§ Tidak tampak
bayangan batu radioopak disepanjang lintasan traktus urinarius.
§ Psoas line
simestris kiri dan kanan.
§ Tulang-tulang intak.
Colon:
§ Kontras
mengisi rectum sigmoid sampai ke caecum, refluks (+).
§ Tampak
caliber lumen yang kecil disertai haustra yang menghilang pada kolon
descendens.
§ Kaliber,
lumen dan haustra colon lainnya dalam batas normal.
§ Bentuk dan
ukuran sigmoid normal.
Kesan:
colitis colon descendens.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian makalah yang penulis susun, penulis dapat mengambil
kesimpulan yaitu:
1.
Pada pemeriksaan colon inloop ada berbagai
macam proyeksi pemotretan. Proyeksi pemotretan dipilih selalu mempetimbangkan
keadaan umum pasien serta disesuaikan dengan klinis pasien itu sendiri.
2.
Pada dasarnya proyeksi yang digunakan pada
pemeriksaan colon inloop sama tujuannya kecuali dalam hal teknik posisi yang
membedakan.
B. SARAN
1.
Petugas radiologi sebelum melakukan
pemeriksaan colon inloop harus melihat klinis pasien sehingga teknik
pemeriksaan colon inloop yang dilakukan sesuai dengan klinis tersebuttanpa
harus mengabaikan posisi rutin dari colon inloop sehingga tujuan untuk
menegakkan diagnosa dapat tercapai.
2.
Bagi pasien yang akan dilakukan pemeriksaan
colon inloop harus mengikuti persiapan-persiapan yang yang telah dianjurkan oleh
petugas radiologi agar pemeriksaan dapat dilkaksanakan dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Crowin, Elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Dahlan, M. 2001. Kamus
Istilah Medis. Arkola: Surabaya.
Rasad,
Syahriar. 1990. Radiologi
Diagnostik. Balai Penerbit FKUI:
Jakarta.
www.anatomi dan fisiologi.com
Subscribe to:
Posts (Atom)